Agen Poker Terpercaya
Dalam sejarah peradaban manusia, mimpi adalah subjek dari berbagai bidang ilmu. Sains adalah yang paling sering mempelajarinya dengan berbagai penelitian ilmiah yang dilakukan ilmuwan di berbagai belahan dunia. Hal ini menarik karena meski seperti masuk di 'alam lain,' mimpi adalah hal yang secara neurologis nyata.Meski demikian, banyak yang tidak menyikapi mimpi dengan kajian ilmiah. Banyak orang yang mengaitkan mimpi dengan hal 'klenik' atau dianggap sebagai pertanda bagaimana nasib seseorang ke depannya. Hal ini yang membuat mimpi-mimpi tertentu merupakan 'momok' bagi beberapa orang.
Namun jangan kira sains juga akan menyebut hal yang baik-baik saja. Berbagai penelitian juga menunjukkan berbagai aspek yang kurang menyenangkan dari mimpi. Berikut beberapa di antaranya.
1. Logika mimpi itu benar-benar nyata
Aktivitas otak manusia sangat berbeda antara aktivitas biasa dengan ketika tidur. Hal inilah yang memberi perbedaan mendasar antara realitas dan mimpi. Hal ini bisa dijelaskan dengan mudah. Pertama, visual cortex utama yang ada di otak Anda tentu sedang tidak bekerja karena Anda sedang memejamkan mata. Meski demikian visual cortex sekunder tetap bekerja ketika tidur, dimana jaringan tersebut menafsirkan sesuatu di luar stimulus visual. Jadi jika otak Anda membayangkan sesuatu, hal tersebut masih akan tergambar jelas. Sistem limbik yang terdiri dari hippocampus dan fornix, yang merupakan pusat kendali utama dari emosi Anda, justru akan aktif di kala mimpi. Hal ini menjelaskan mengapa mimpi seringkali emosional dan mempengaruhi perasaan. Sebaliknya, bagian otak yang bernama prefrontal cortex, yang merupakan kendali logika dan rasionalitas, akan tidak aktif ketika tidur. Hal ini menandakan bahwa logika mimpi memang benar-benar ada, namun hanya secara neurologis.
Agen Domino Terpercaya
2. Anda bisa mimpi di fase tidur 'non REM'Tidur manusia terdiri dari lima tahap, di mana ada beberapa tahap sebelum sampai akhirnya sampai pada tahap REM, fase di mana seseorang bermimpi. Namun sebuah penelitian baru menyatakan bahwa mimpi juga bisa terjadi pada fase tidur non-REM. Di mimpi REM, biasanya kita akan bermimpi tentang beberapa karakter yang kita kenal. Namun di mimpi non-REM, mimpi kita akan kedatangan lebih banyak karakter asing. Meski demikian, di tidur non-REM mimpi kita akan lebih tenang, tidak agresif, dan juga tak ada interaksi di dalamnya. Ini akan jadi mimpi yang aneh, yang semua orang pasti mengalaminya. Jadi jika Anda bermimpi di fase REM, di mana fase tersebut sudah di dekat bangun, mimpi tersebut lebih sering untuk berisi interaksi sosial yang agresif. Fase ini di mana mimpi buruk terjadi dan Anda terbangun karenanya.
3. Rasa sakit bisa dirasakan dalam mimpi
Rasa sakit sebenarnya tak pernah disebabkan oleh mimpi, dan ilmuwan pun setuju akan hal tersebut. Namun penelitian justru membuktikan sebaliknya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rasa sakit yang kita rasakan di dunia nyata bisa masuk dalam mimpi. Hal sekecil apapun bahkan bisa muncul di mimpi, seperti hanya sekedar kesemutan. Makin intens rasa sakit yang diderita, misalnya seperti luka bakar, akan memproduksi mimpi buruk, di mana biasanya si pemimpi mencoba untuk keluar dari rasa sakit yang dia derita di mimpi berdasar apa yang terjadi di dunia nyata. Rasa sakitnya pun rasa sakit yang nyata, dan proses keluar dari rasa sakit yang dirasakan di mimpi, adalah sebuah gambaran lain secara metafora yang berbeda di dunia nyata. Hal ini memperlihatkan bahwa rasa sakit dapat melampaui dunia nyata dan mimpi, bahkan muncul dalam mimpi dalam bentuk tidak tertransformasi. Jadi jangan heran jika Anda ingin menghindari sakit dengan cara tidur, namun yang Anda dapat justru mimpi buruk.
0 komentar:
Posting Komentar